Bubble Chat - Gemilang Sehat
Bubble Chat - Gemilang Sehat
Bubble Chat - Gemilang Sehat

Tantangan Remaja
Hadapi Berbagai Perubahan
hingga Pencarian Ruang Aman

Remaja - SETARA Rutgers Indonesia
Seat - Gemilang Sehat
Plant - Gemilang Sehat

Memasuki usia remaja, Donna (15) mengalami banyak perubahan dalam hidupnya, mulai dari perubahan secara fisik, hormon, emosi, hingga ragam permasalahan di lingkungannya. Perempuan asal Lampung tersebut belajar secara bertahap untuk memahami dan mengerti segala perubahan yang terjadi pada dirinya, termasuk bagaimana cara untuk beradaptasi dengan berbagai perubahan tersebut.

Shadow Dark - Gemilang Sehat
Quote Organ - Gemilang Sehat
Quote Menstruasi - Gemilang Sehat
Quote Mood - Gemilang Sehat
Cerita Remaja - Fadiyah

Percakapan mengenai perubahan tersebut mulai datang dari ibunya pasca ia mengalami menstruasi. Saat itu, Donna masih duduk di bangku awal sekolah menengah pertama (SMP). Bekal informasi yang kala itu dimilikinya pun tak cukup untuk memenuhi segala rasa keingintahuan dirinya atas berbagai perubahan yang kompleks.

“Ada berbagai perubahan, yang pasti bentuk tubuh itu berubah. Terus apa lagi ya, emosional itu penting banget, menurut Donna. Dulu gak bisa ngendaliin,” kisahnya mengingat masa-masa awal pubertasnya.

Di saat yang bersamaan, sekolah Donna pun menjadi salah satu sekolah yang terpilih untuk menerapkan program SETARA yang mana di dalamnya merupakan modul berisikan pemahaman dan pembelajaran mengenai pubertas, termasuk masalah kesehatan reproduksi (kespro) untuk remaja. Dengan itu, Donna tak benar-benar bergerak tanpa arah dalam memahami perkembangan yang dilaluinya. Ibarat kompas, apa yang disampaikan dalam SETARA membantunya dalam menentukan arah dalam hidupnya.

Donna Cerita SETARA - Gemilang Sehat

“Yang masih diingat sama Donna itu materi tentang emosi, tentang pubertas. Di buku SETARA, ngasih tau cara tentang ngendaliin emosi. Donna ngerasa itu penting banget. Soalnya, dari lingkungan nggak ada yang ngasih tau kan, dari internet kan males nyarinya. Tapi karena dipelajari di sekolah jadi masuk banget sih di otak. Terus ditambah pakai game-game juga kan jadi tambah seru,” kisah Donna.

“Dulu gak bisa ngendaliin. Pas SMA ini, bisa, gak terlalu sering marah-marah lagi,” lanjutnya.

Cerita SETARA Rahman - Gemilang Sehat
CM - Gemilang Sehat

Perubahan tersebut juga dirasakan oleh Rahman (16), seorang laki-laki asal Lampung. Remaja yang juga aktif mengikuti pramuka tersebut menyampaikan bahwa terdapat sejumlah perubahan secara fisik yang menjadi pertanyaan bagi dirinya, serta teman-temannya. Namun, pembelajaran mengenai kespro membuatnya menyadari bahwa apa yang ia alami merupakan hal yang normal, termasuk mimpi basah.

Cermin - Gemilang Sehat
Rama - Cerita Setara

Sekali pun, bagi Rahman, pembahasan mengenai kespro ini idealnya diberikan di usia yang lebih dini. Pasalnya, banyak perubahan atau ciri-ciri pubertas yang juga mulai terjadi sejak di sekolah dasar (SD).

“Harapan saya, SETARA ini diberi pada usia-usia di bawah SMP,” ungap Rahman.

Keingintahuan pun turut memuncak saat memasuki usia pubertas. Setidaknya itu yang dialami oleh Rama (15), remaja asal Semarang. Contoh salah satu pertanyaan yang sempat muncul dalam benak Rama dan teman-temannya adalah, “pacaran sampai melahirkan, biasanya jadi pertanyaan, kok bisa? Caranya gimana?”.

“Reproduksi perempuan masih bingung, sama sistem saat menstruasi, sama yang laki-laki, kayak kok bisa jerawatan? Gimana? Kok bisa ada jakun? Gimana?” lanjut Rama.

Bagi Rama, pembelajaran yang bertahap dan menyeluruh merupakan salah satu langkah penting agar ia dan teman-temannya teredukasi. Kini, sejumlah pertanyaan yang muncul di kepala Rama pun mulai terjawab satu–persatu. Sekali pun, proses belajarnya masih terus berlanjut.

 “Senang sama pertanyaan-pertanyaan yang belum terjawab, bisa terjawab. Itu harus dikasih tahu gitu. Jadi itu perlu dibahas sebagai hal yang positif, bukan negatif,” ungkap Rama.

Heart Light Pink - Gemilang Sehat
Heart Light Pink - Gemilang Sehat
Heart Light Pink - Gemilang Sehat
grass 1 - Gemilang Sehat
grass 2 - Gemilang Sehat
Kisah Donna

Peran Temen Sebaya

Selain pembelajaran dari sekolah, lingkaran pertemanannya juga memiliki peran yang krusial dalam pengambilan keputusan hidup para remaja. Hal tersebut diungkapkan oleh Donna. Ia banyak belajar dari teman-teman seumurannya.

Sejak SMP, Donna telah memiliki lingkaran kecil di sekolahnya. Pun saat ia memasuki sekolah menengah akhir (SMA). Salah satu topik hangat yang paling banyak diperbincangkan oleh lingkaran Donna adalah mengenai relasi romantis. Mereka sama-sama tumbuh dan mulai merasakan jatuh cinta pada teman sepantarannya.

Donna Setara - Gemilang Sehat

“Kan kita masih remaja ya, kita pasti ngomongin cowok lah,” kisah Donna.

Heart Pink - Gemilang Sehat
Heart Pink - Gemilang Sehat
Heart Pink - Gemilang Sehat
Donna dan Teman

Di saat yang sama, Donna bersama teman-temannya sambil belajar untuk memahami karakter yang sebenarnya dicari oleh mereka dari seorang pasangan, serta hubungan seperti apa yang dikategorikan relasi yang sehat.

Dalam modul SETARA, salah satu topik yang dipelajari adalah mengenai relasi yang sehat atau yang tidak toksik dalam pacaran. Donna pun merasa pembahasan mengenai topik relasi yang sehat menjadi salah satu pengetahuan yang penting untuk dimiliki oleh dirinya dan teman-temannya.

Alasannya, ujar Donna, teman sebaya merupakan tempat pertama yang dijadikan ruang untuk bercerita mengenai relasi romantis. Dengan itu, saat teman sebaya memahami tanda-tanda dari relasi yang toksik, teman sebaya bisa menjadi pihak pertama yang mengingatkan ke sesama temannya mengenai hal tersebut.

Shadow Dark - Gemilang Sehat

Sekali pun, kisah Donna, mendampingi teman yang memiliki hubungan toksik kadang bukanlah hal yang mudah. Dengan itu, menurutnya, perlu ada pendalaman materi mengenai masalah relasi ini secara lebih detail.


“Kalau salah satu teman masuk ke hubungan toksik, terus udah dinasehatin, malamnya putus, tapi besoknya balik lagi. Jadi pusing mau ngasih saran apa lagi,” kisah Donna.

Donna dan teman 2 - Gemilang Sehat
Plant - Gemilang Sehat
Seat - Gemilang Sehat

Selain itu, jelas Donna, pemahaman mengenai relasi yang berkaitan dengan seksual pun masih perlu untuk diperdalam dan diperluas di kalangan remaja. Pasalnya, Donna melihat di lingkungannya sendiri masih terdapat sejumlah masalah kehamilan tidak diinginkan (KTD) di kalangan remaja.

Sebagaimana yang terdapat dalam data BKKBN, angka KTD memang tinggi (420 ribu) dan meningkat (17,5%) di tengah pandemi. Sekitar 16 persen di antaranya pun terjadi pada perempuan berusia 15-19 tahun.

“Karena masih banyak yang gak tahu, masih abu-abu, gak terlalu jelas,” ungkap Donna.

420 ribu

Kehamilan Tidak
Diinginkan (KTD)

17,3%

Meningkat
di tengah pandemi

16%

Berusia
15 - 19 Tahun

Eva Cerita SETARA - Gemilang Sehat

Pengalaman serupa juga disampaikan oleh Eva (14) dari Denpasar. Dalam lingkungannya, percakapan mengenai relasi romantis merupakan salah satu topik yang hangat dibicarakan. Perempuan yang memiliki cita-cita menjadi guru tersebut merasa penting bagi mereka untuk memahami batasan-batasan hubungan yang sehat. Pasalnya, relasi yang toksik masih kerap ia temui secara langsung di lingkungannya.

“Kan pacaran itu untuk support, bahagia, tapi masa sampai gak bahagia gitu,” ungkap Eva.

Bagi Eva, hubungan yang sehat seharusnya berlandaskan kesetaraan dan komunikasi yang terbuka. Saat di dalamnya sudah ada kekerasan dan tidak membahagiakan, maka hubungannya dapat dikatakan toksik. Namun, pembahasan mengenai batasan ini, menurut Eva, memang masih perlu untuk diperdalam dan diperjelas agar para remaja lebih mudah untuk memahaminya.

Pembahasan mengenai kesehatan reproduksi, hingga batasan relasi romantis dan seksual yang dipelajari oleh Eva di sekolahnya menjadi bekal yang penting baginya. Pasalnya, ia jadi lebih mengetahui sebetulnya batasan–batasan apa saja yang perlu dibangun dalam sebuah hubungan untuk mencegah serangkaian permasalahan kesehatan reproduksi yang bisa terjadi pada remaja.

Eva 3 Cerita SETARA - Gemilang Sehat

“Seneng ya dapet ilmu yang positif, terus aku tambah dewasa. Menurutku, aku beruntung mendapatkan materi kespro di sekolah karena gak semua dapet pelajaran SETARA karena ini ilmu yang berguna di masa depan, jadi ke arah yang baik di masa depan,” kisah Eva.

“Jadi kalau kita gak tau soal ini sekarang, kita bisa saja salah ke depannya. Terus untuk mencegah hal yang bisa disesali di masa depan untuk menambah pengetahuan ke depan, tahu untuk jaga diri itu bagaimana,” lanjutnya.

Pecahkan
Tabu Edukasi Seks

Kondisi lain dihadapi oleh Hetty, seorang remaja perempuan berusia 14 tahun asal Semarang. Hetty merupakan salah satu peer educator atau murid yang mengajarkan materi SETARA ke sesama murid di sekolahnya.

Hetty menyampaikan salah satu tantangan tersulit yang hadir dalam penyampaian informasi mengenai kesehatan reproduksi atau edukasi seksual untuk teman-temannya adalah pandangan dari lingkungannya, baik orangtua, maupun teman–temannya yang menganggap mendiskusikan hal tersebut sebagai hal yang tabu.

“Biasanya, tantangannya lebih dipandang sebelah mata, gak penting, gak boleh dipelajari, saru gitu loh,” ungkap Hetty.

Edukasi Seksual - Gemilang Sehat
Hetty - Cerita SETARA
Dotted Quoted - Gemilang Sehat
Zoom Meeting 2 Cerita SETARA - Gemilang Sehat
Zoom Meeting - Cerita SETARA

Namun, dengan bantuan sekolah dan gurunya, Hetty bersama teman-temannya tetap mampu untuk terus membuka diskusi-diskusi mengenainya di lingkup sekolah, maupun ruang-ruang daring, mulai dari di WhatsApp group, Zoom, Google Meet, hingga di sosial media.

Salah satu dampak positif yang Hetty rasakan selepas ia dan teman-temannya mampu untuk membongkar dinding tabu dalam membahas mengenai kesehatan reproduksi adalah penyebaran informasi menjadi semakin lancar. Kemudian para murid yang selama ini memendam masalah pun akhirnya terbuka dan bisa untuk saling menyampaikan informasi yang penting, seperti mengenai kesehatan dan perawatan organ reproduksi.

“Ada teman-teman yang tadinya mikir nggak boleh diomongin, sekarang banyak yang lebih cerita, misalnya tentang pengalaman pas haid,” kisah Hetty.

Bantu Tekan
Angka Pelecehan
Seksual

Dampak lain yang dilihat oleh Hetty adalah meningkatnya pemahaman mengenai bagian-bagian tubuh sensitif, termasuk soal batasan-batasan sentuhan yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh orang lain. Saat remaja mulai memahami soal batasan tubuh, maka mereka akan turut belajar mengenai pelecehan atau kekerasan seksual. Pemahaman mengenai pelecehan, jelas Hetty, membuat remaja jadi semakin awas dan memahami apabila ada pelecehan yang terjadi pada mereka.

Cerita Hetty Rutgers Indonesia - Gemilang Sehat

“Mereka itu jadi tahu. Misalnya, ada yang mengajak melakukan sesuatu, mereka jadi bisa berkata ‘nggak’ karena mereka sudah tahu apa maksud dari hal tersebut. Terus misalnya ketika di tempat umum, pahanya disentuh, mereka bisa menyampaikan ‘jangan seperti itu, itu termasuk pelecehan,’” jelas Hetty.

Harapannya, ungkap Hetty, hal tersebut bisa membantu untuk menekan angka kekerasan seksual di kalangan remaja, serta membuat remaja mampu untuk melaporkannya saat memang terjadi kekerasan seksual yang menimpa pada mereka.

“Karena kan angka pelecehan seksual sendiri masih tinggi ya. Jadi ini penting banget supaya terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan, seperti pelecehan, pencabulan, termasuk guru ke murid,” tegas Hetty.

Hal tersebut juga dicerminkan dalam Catatan Tahunan Komnas Perempuan (2019) yang menunjukkan setidaknya terdapat 2341 kasus kekerasan terhadap anak perempuan di mana 571 di antaranya adalah kekerasan seksual.

blue paper - Gemilang Sehat

Catatan Tahunan
Komnas Perempuan
Tahun 2019

2341 Kasus

Kekerasan Terhadap
Anak Perempuan

571 Kasus

Kekerasan Seksual Terhadap
Anak Perempuan

Pentingnya
Memperluas
Ruang Aman

Rio (15), seorang non biner asal Denpasar, turut menjadi salah satu murid yang mendapatkan program SETARA. Selepas mempelajari dan menyadari betapa pentingnya pemahaman mengenai kespro, khususnya masalah kekerasan seksual hingga keberagaman gender dan seksualitas, Rio pun turut serta untuk kembali menyebarkan informasi tersebut. Medium yang Rio gunakan adalah sosial media, khususnya Instagram.

Ruang Aman - Rutgers Indonesia

Rio menilai bahwa penyebaran informasi yang akurat mengenai masalah-masalah tersebut sangat mendesak bagi remaja. Pasalnya, cukup banyak misinformasi yang tersebar, baik di lingkungannya, maupun di internet.

“Salah satunya, misalnya stereotip gender laki-laki harus apa, perempuan harus apa, pas SD itu sering banget,” ungkap Rio.

Namun, dalam proses untuk mempublikasikan konten-konten tersebut, Rio mengalami sejumlah rintangan. Salah satu yang dihadapi oleh remaja yang memiliki hobi untuk menggambar dan membuat desain grafis tersebut adalah cercaan dan pengucilan di sosial media, khususnya melalui komentar-komentar negatif ataupun menjadikannya sebagai bahan candaan.

Kisah Rio - Cerita SETARA

“Saat membahas tentang kekerasan seksual di sekolah, itu saya sempat menyinggung tentang pemahaman remaja tentang itu, tentang kekerasan seksual, dan itu anehnya, banyak banget yang berkomentar, tetapi malah bercanda gitu,” kisah Rio.

Saat itu, Rio pun menyadari masih sulitnya menemukan ruang aman untuk berbagi informasi mengenai kespro di lingkungannya. Dalam menghadapi masalah semacam itu, langkah yang umumnya diambil oleh Rio adalah menghapus kontennya. Sekali pun, hingga kini, Rio tetap konsisten untuk mengunggah konten-konten informatif di akunnya.

Ruang Aman 2 - Rutgers Indonesia

Rio berharap agar program SETARA bisa terus diperluas dan pembahasannya pun diperdalam. Secara pribadi, Rio menilai perlu ada beberapa pembahasan yang dibahas secara lebih detail, yakni masalah kekerasan berbasis gender, serta seksualitas dan identitas gender.

Copyrights © Yayasan Gemilang Sehat Indonesia

Diterbitkan: 

30 Juni 2022
Keranjang
  • Tidak ada produk di keranjang.