Diseminasi Penelitian dan Lokakarya PKPR

Bagikan Artikel ini

Isu Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) merupakan hal yang penting untuk diperhatikan agar dapat mempersiapkan remaja menjadi orang dewasa yang sehat dan produktif dan terbebas dari berbagai gangguan kesehatan yang dapat menghambat kemampuan menjalani kehidupan reproduksi secara sehat.

Berdasarkan survei demografi kesehatan Indonesia 2012, dan survei tambahan mengenai kesehatan reproduksi remaja, saat ini tiap tahunnya 1,7 juta perempuan di bawah usia 24 tahun melahirkan. Angka kehamilan pada remaja usia 15-19 tahun mencapai 48 dari 1.000 kehamilan. Belum lagi ditambah dengan isu terkait kesehatan remaja lainnya seperti: nutrisi, merokok, dan kesehatan reproduksi (akses layanan, akses kontrasepsi, hubungan seks di luar nikah, dll).

Maka dari itu pada tanggal 8-10 Oktober 2018 diselenggarakan diseminasi hasil penelitian tinjauan Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) dan lokakarya penguatan sistem rujukan layanan kesehatan seksual dan reproduksi (KSR) Remaja di Hotel Harris Denpasar, Bali.

Acara ini bertujuan untuk memaparkan hasil sementara penelitian tinjauan PKPR di 5 wilayah Indonesia (Denpasar, Lombok Barat, Sukabumi, Bandar Lampung, dan Jakarta) sekaligus untuk melakukan validasi hasil penelitian untuk mempertajam judgement dan rekomendasi .

Layanan PKPR merupakan pendekatan yang komprehensif dan menekankan pada upaya promotif/preventif berupa pembekalan kesehatan dan peningkatan keterampilan psikososial dengan Pendidikan Keterampilan Hidup Sehat (PKHS). Layanan konseling menjadi ciri dari PKPR mengingat permasalahan remaja yang tidak hanya berhubungan dengan fisik tetapi juga psikososial.

Upaya penjangkauan terhadap kelompok remaja juga dilakukan melalui kegiatan Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE), Focus Group Discussion (FGD), dan penyuluhan ke sekolah-sekolah dan kelompok remaja lainnya.

Dalam Profil Kesehatan pada tahun 2016 menunjukan bahwa terdapat 4.461 dari 9.731 puskesmas (31%) telah mampu melaksanakan PKPR dengan rasio minimal 4 puskesmas per-kabupaten/kota di 34 provinsi di Indonesia. (Kesehatan, 2016)

Di sisi lain, dari pengalaman Rutgers dalam kurun waktu tujuh (7) tahun mengembangkan layanan kesehatan peduli remaja yang diintegrasikan dengan PKPR, terdapat kendala yang dialami oleh PKPR, di antaranya:

  1. Jam layanan yang tidak memenuhi kebutuhan pelajar
  2. Tidak adanya fasilitas PKPR
  3. Tidak tersedianya dana membuat minimnya kegiatan yang memenuhi kebutuhan remaja
  4. Sosialisasi PKPR yang tidak merata
  5. Kurangnya kualitas pelayanan konseling dan konselor sebaya; dsb..

Beberapa Puskesmas yang secara aktif merespon kebutuhan remaja dengan memberikan layanan PKPR, mengalami tantangan rendahnya angka kunjungan remaja ke Puskesmas. Hanya 12% remaja yang menyadari tentang keberadaan pusat informasi seperti Pusat Informasi Remaja dan Konseling (PIK-R), Youth Center, dan Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR), dan hanya 2% dari mereka yang benar-benar mengakses layanan ini (SKRRI, 2007 dan 2012).

Sedangkan penelitian lain pada survey RPJMN di tahun 2015, hanya terdapat 5% dari remaja usia 10 – 18 tahun di Indonesia yang pernah mengakses informasi dan pusat konseling, kondisi ini tidak berubah sejak tahun 2003.

Dari hasil penelitian yang sudah dilaksanakan oleh Rutgers WPF Indonesia bekerjasama dengan Tulodo Indonesia dan staf dari mitra Rutgers WPF, berikut ini adalah rekomendasi terkait PKPR:

  1. Fokus pada intervensi dan dukungan untuk meningkatkan sistem publik, terutama di sekolah, Puskesmas dan Posyandu.
  2. Mendukung Unit Kesehatan Sekolah (UKS)
  3. Mengubah proses pendaftaran Puskesmas biar jaga kerahasiaan
  4. Penekanan pada pelatihan dan privasi, bukan pada ruang PKPR
  5. Panduan standar untuk layanan virtual melalui mobile dan social messaging (WA, LINE, Instagram)
  6. Memanfaatkan proses resmi pemberian surat keterangan kesehatan untuk menawarkan layanan lain.
  7. “Nudge” (Mendorong) kaum muda ketika mereka menemani orang lain ke Puskesmas
  8. Panduan yang mudah digunakan untuk proses pembuatan anggaran untuk Puskesmas.
  9. Evaluasi kinerja PKPR independen

Kesimpulan dari penelitian yang dilakukan Rutgers WPF Indonesia bekerja sama dengan Kemenkes dalam tinjauan layanan PKPR adalah bahwa perkembangannya begitu pesat dalam beberapa tahun terakhir. Isu kualitas dan kesetaraan pelayanan perlu diperhatikan. Dengan kondisi perekonomian Indonesia yang terus berkembang, bagaimana peran serta dan kontribusi donor eksternal ataupun organisasi lain dalam gerakan PKPR menjadi isu penting.

Logo Yayasan Gemilang Sehat Indonesia - Full White

Yayasan Gemilang Sehat Indonesia (YGSI) merupakan lembaga non-profit atau NGO yang bekerja di Indonesia sejak 1997 untuk isu Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi (HKSR), serta pencegahan Kekerasan Berbasis Gender dan Seksual (KBGS). Kami percaya bahwa seksualitas dan kesehatan reproduksi manusia harus dilihat secara positif tanpa menghakimi dan bebas dari kekerasan.

Keranjang
  • Tidak ada produk di keranjang.