Komunitas Anak Muda di Garut Berperan Cegah Pernikahan Dini, Mulai Masuk Ekskul di Sejumlah Sekolah

Sejumlah anak muda yang tergabung dalam beragam komunitas di Garut berdiskusi bersama terkait pencegahan kekerasan seksual dan perkawinan anak

Penulis: Sidqi Al Ghifari | Editor: Darajat Arianto
TRIBUNJABAR.ID/SIDQI AL GHIFARI
Sejumlah komunitas anak muda di Garut berkumpul bersama membahas pencegahan kekerasan seksual dan pernikahan dini di Cipanas, Kabupaten Garut, Selasa (14/3/2023). 

Laporan Kontributor Tribunjabar.id Garut, Sidqi Al Ghifari

TRIBUNJABAR.ID, GARUT - Sejumlah anak muda yang tergabung dalam beragam komunitas di Kabupaten Garut berdiskusi bersama terkait pencegahan kekerasan seksual dan perkawinan anak.

Diskusi tersebut untuk merumuskan gagasan solutif dalam rangka meningkatkan partisipasi anak muda dalampembangunan dan perumusan kebijakan publik di Kabupaten Garut, Selasa (14/3/2023).

Direktur Yayasan Semak, Rina Nurhayati mengatakan, peran anak muda di suatu daerah sangat penting terutama dalam pencegahan pernikahan dini dan kasus kekerasan seksual.

"Mereka membahas soal isu-isu kekerasan seksual, pernikahan dini, juga tentang pemahaman kesehatan reproduksi," ujarnya kepada Tribunjabar.id.

Ia menuturkan pihaknya mendapat dukungan dari Rutgers Indonesia, untuk mengembangkan program-program berbasis peran anak muda sejak tahun 2021 di Kabupaten Garut.

Baca juga: Pernikahan Dini Masih Marak dan Rugikan Perempuan, Ini Pandangan Guru Besar Fakultas Hukum Unpad

Program tersebut bertujuan untuk mendorong peran anak muda dalam menciptakan gagasan untuk memperbaiki kondisi mereka di Kabupaten Garut yang saat ini minim pemahaman khususnya soal kesehatan reproduksi.

"Mereka juga didorong dalam preventif pencegahan, dan meningkatkan pengetahuan anak muda di Garut, bagaimana mencegah pernikahan dini dan hamil di luar nikah," ungkapnya.

Rina menjelaskan, pihaknya juga telah bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Garut untuk membangun kesadaran soal kesehatan reproduksi bagi siswa sekolah menengah pertama (SMP)

Ia menyebut saat ini baru ada dua kecamatan yang mendapat ekstrakulikuler tersebut, yakni di Kecamatan Banyuresmi dan Tarogong Kaler.

"Ini mengedukasi kelas tujuh dan delapan, bentuknya ekstra kulikuler, mudah-mudahan saat mereka naik jenjang berikutnya, mereka jadi penyebar informasi ke teman sebaya lainnya," ucap Rina.

Sekretaris Daerah (Sekda) Garut Nurdin Yana mengatakan isu perlindungan anak dan perempuan saat ini menjadi perhatian penting bagi Pemkab Garut.

Baca juga: Pernikahan Beda Negara, Petarung MMA Inggris Nikahi Gadis Bangsawan Sulsel, Begini Kisah Cintanya

Ia menyebut langkah pencegahan tersebut merupakan upaya konkrit terkait keberpihakan Pemerintah Garut terhadap perempuan dan anak-anak.

"Ini untuk melindungi mereka, jangan sampai kasus terhadap anak dan perempuan (terjadi), mudah-mudahan dengan langkah kerjasama dengan Yayasan Semak dan Rutgers, ini tidak memunculkan lagi kasus-kasus yang hari ini kita alami," ujarnya kepada Tribunjabar.id.

Ia menuturkan hasil kerja sama itu nantinya akan ditindaklanjuti melalui program-program dan sinergitas antara dinas-dinas di lingkungan Pemkab Garut.

Termasuk dengan Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPKBPPPA).

"Mudah-mudahan program dan kegiatan ini lebih profesional dan lebih memberikan perlindungan yang jelas, sehingga target kita untuk memberikan keberpihakan pada anak-anak bisa terealisasi," ujarnya. (*)

Silakan baca berita Tribunjabar.id lainnya di GoogleNews

Sumber: Tribun Jabar
BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    AA
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2024 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved